Translate

Jumat, 17 Agustus 2018

Korban yang Malang dan Hati yang Lapang

Hari itu menunjukkan pukul 10.25 WITA. Pada waktu itu seperti biasanya saya menjalani aktivitas rutin yaitu berbagi ilmu kepada anak-anak. Hari itu adalah hari selasa, dimana hari yang super menguras tenaga dan pikiran. Karena selain jam mengajar yang fullday, hari itu juga saya harus menghadapi anak-anak yang yaaah lumayan aktif dan energik. Sehingga saya pun juga harus ikutan aktif (biar kayak iklan Hilo yang tumbuh aktif hehehe).
Meskipun terkadang di hari itu saya merasa tidak bisa melaluinya, akan tetapi saya mencoba untuk mengawali hari dengan niat tulus dan semangat. Karena jika kita mengawali suatu aktivitas dengan penuh semangat dan niat yang tulus, maka kita akan dapat melalui hari itu dengan mudah dan tanpa terasa berlalu dengan cepat. Tetapi jika mengawali aktivitas dengan hati yang galau-galau gimana gitu, maka hari itu akan terasa berat dan sulit untuk dilalui.

Oke kembali lagi ke tujuan awal. Nah pas waktu yang sudah saya sebutkan tadi (10.25 WITA), saya telah memberikan anak-anak tugas berat bagi mereka sih, kalau saya yaa ringan-ringan aja kayak kerupuk hehehe. Tugasnya adalah menulis tentang materi hari itu. Dan seperti biasa setelah mereka menulis, mereka harus minta tanda tangan dari gurunya sebagai bentuk apresiasi atas pekerjaan mereka. Yaa hanya di saat seperti itulah tanda tangan saya laris, ludes seperti baju yang lagi diskon di Ramayana.

Karena banyaknya permintaan, akhirnya saya mensiasati tanda tangan saya dengan menggunakan stempel yang berisi tanda tangan saya. Dan kebetulan stempel yang miliki ini bentuknya unik dan lucu. Bentuknya itu adalah salah satu karakter kartun yang sudah terkenal, yaitu "Stitch". Tau dong apa itu "Stitch"?
Ya "Stitch" karakter kartun alien gitu, seram tapi lucu. Nah karena bentuk stempel ini unik dan lucu, maka anak-anak sangat terpancing untuk selalu memainkannya. Demi membahagiakannya, saya rela si "Stitch" pindah-pindah tangan karena pada ingin memegangnya. Saking asiknya mereka mainin, tanpa saya sadari dan itu semua di luar dugaan saya si "Stitch" mengalami tragedi kecelakaan yaitu dia terlepas dari tempatnya berpijak. Ketika melihat kejadian itu saya hanya bisa melongo terdiam tanpa kata (dalam hati ini teriak Oooooooohhh Nooooooo My Stiiiiiiitch)

Tapi apa boleh dikata ibarat peribahasa nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa saya lakukan. Saya hanya bisa pasrah dan berserah diri. Dengan tangan gemetar saya mengambil si korban dan menyimpannya dengan aman. Dan si pelaku itu pergi begitu saja tanpa ada kata maaf, sedihnya hati ini,, piluuuuuu.
Setelah tragedi itu, ada seorang anak yang maju dan ingin meminta tanda tangan. Ketika ia melihat si "Stitch" sudah tidak ada dia bertanya "Aw mana bonekanya, ustazah?" teman di sampingnya menjawab "Lepas". Dia pun bertanya lagi "Kok bisa? siapa yang kasih lepas? Ustazah tak marah kah?" temannya menjawab "Si C***a kasih lepas, ustazah tak marah". Lalu dia menyahut "Oo iya ya ustazah kan orangnya sabar, jadi tak mungkin marah".

Ketika mendengar perkataan itu saya pun sadar bahwa segala apapun yang terjadi di sekitar kita itu di luar dugaan dan kuasa kita. Ketika itu terjadi yang bisa kita lakukan adalah bersabar dan menunggu pergantian saat-saat yang indah. Dan memang betul, hal indah yang saya dapatkan dari tragedi itu adalah si "Stitch" kini selalu berada dimana pun saya pergi, karena kini ia menjadi gantungan yang menggantung di resleting tasku hehehe.

Ditulis oleh Ustadzah baik hati nan tidak sombong, "Wahyu Nur Chayati"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar